pekerja menunjukan bongkahan batu bara, PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (E2I) melakukan aktivitas penambangan batubara di Site Bantuas milik PT Mutiara Etam Coal (MEC), Samarinda Timur, Kaltim, Jumat (13/9). Penambangan di lokasi seluas 175 hektar itu untuk diekspor ke China dan India yang saat ini produksi di Tambang Bantuas sebesar 30.000 metrik ton (MT) per bulan dan pada Januari 2014 akan ditingkatkan menjadi 100.000 MT per bulan. Kontan/Panji IndraKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan realisasi produksi batubara di sepanjang tahun 2019 ini akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Meski begitu, produksi emas hitam sepanjang tahun ini dipastikan akan lebih tinggi ketimbang target produksi nasional pada Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) awal tahun 2019 yang ditaksir sebesar 489,12 juta ton.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan, sesuai dengan persetujuan revisi RKAB, kuota produksi pada tahun ini bertambah menjadi sekitar 530 juta ton. Jumlah itu masih lebih rendah ketimbang realisasi produksi batubara tahun lalu yang mencapai 557 juta ton.

“Sekitar 530 juta ton. Penurunannya plus minus sekitar sebanyak itu,” kata Bambang di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (8/10).

Menurut Bambang, penurunan produksi tersebut lantaran harga batubara yang terus tertekan sejak September 2018 lalu. Kondisi tersebut menyebabkan produsen batubara, khususnya yang berskala kecil, akan mempertimbangkan ulang jika ingin menggenjot produksi.

“Tapi kan kami belum tahu realisasinya, bisa juga realisasinya lebih turun karena harga turun juga, banyak operasi yang tidak optimal,” terang Bambang.

Yang jelas, Bambang menyebutkan, penurunan harga batubara acuan (HBA) berdampak terhadap realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang pada tahun ini sulit mencapai target.

Seperti yang diberitakan Kontan.co.id, hingga kuartal III tahun 2019, realisasi PNBP minerba baru mencapai Rp 29,74 triliun. Jumlah itu setara dengan 68,76% dari target PNBP tahun 2019 sebesar Rp 43,26 triliun.

Padahal jika dibandingkan tahun lalu, realisasi PNBP minerba per 13 September 2018 saja sudah menyentuh Rp 33,55 triliun atau mencapai 104,5% dari target tahunan kala itu dipatok Rp 32,1 triliun. Hingga penghujung tahun 2018, realisasi PNBP minerba mencapai Rp 50 triliun atau 156% dari target.

Di sisi lain, Ketua Indonesia Mining & Energi Forum (IMEF) Singgih Widagdo sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah memang perlu berhati-hati dalam menyetujui tambahan kuota produksi. Sebab, besaran volume produksi yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap kondisi pasar dan pembentukan harga batubara yang semakin tertekan.

“Total Volume produksi nasional sangat sensitif atas kondisi pasar yang oversupply saat ini,” katanya beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif juga mengatakan, kenaikan jumlah produksi yang signifikan dipastikan akan berpengaruh pada harga batubara. Dengan kondisi saat ini, Irwandy memprediksi harga batubara pada tahun ini hanya akan berada di kisaran US$ 60-US$ 80 per ton.

“Jadi kita lihat nanti bagaimana perimbangan naik turunnya produksi per perusahaan terkait kondisi ini,” tandasnya.

 
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana
Editor: Komarul Hidayat

Berikan Komentar